‘semiotics is concerned with everything that can be taken as a sign’ (Eco, 1976)
"It seems a strange thing, when one comes to ponder over it, that a sign should leave its interpreter to supply a part of its meaning; but the explanation of the phenomenon lies in the fact that the entire universe not merely the universe of existents, but all that wider universe, embracing the universe of existents as a part . . . . . . is perfused with signs, if it is not composed exclusively of signs." (Peirce, 1906)
Semiotika berasal dari kata Yunani “semeion” yang berarti “tanda”. Semiotika tidak hanya mempelajari segala sesuatu yang disebut sebagai 'tanda' dalam tuturan sehari-hari, melainkan juga segala sesuatu yang 'merujuk atau mewakili' sesuatu yang lain. Dengan demikian, tanda yang dimaksud dapat berupa 'kata-kata', 'gambar', 'suara', 'gerak tubuh' dan 'benda-benda'. Analisis semiotika modern telah diwarnai oleh dua nama yaitu Ferdinand de Saussure (1857 - 1913) dan Charles Sanders Peirce (1839 -1914).
Semiology (from the Greek se¯meîon, ‘sign’). It would investigate the nature of signs and the laws governing them. Since it does not yet exist, one cannot say for certain that it will exist. But it has a right to exist, a place ready for it in advance. Linguistics is only one branch of this general science. The laws which semiology will discover will be laws applicable in linguistics, and linguistics will thus be assigned to a clearly defined place in the field of human knowledge. (Saussure, 1983)
Semiologi Saussure berbeda dengan semiotik Peirce dalam beberapa hal, tetapi keduanya berfokus pada tanda. Model tanda yang dikemukakan oleh Saussure adalah model tanda dua bagian, atau disebut pula dengan istilah ‘dyadic’. Saussure mengemukakan bahwa tanda dibentuk dari dua hal, yaitu ‘signifier’ (significant) dan ‘signified (signifiě). Signifier dimaknai sebagai sebuah pola bunyi, yaitu gambaran psikologis pendengar akan sebuah bunyi. Pola bunyi (sound pattern) pada akhirnya membedakan makna yang dikandungnya dengan bunyi. Signified sendiri tidak mengacu kepada objek atau benda, tapi cenderung mengacu kepada konsep.
Saussure menekankan bahwa tanda linguistik bukan merupakan hubungan antara sebuah hal dengan sebuah nama, tapi merupakan hubungan antara sebuah konsep dengan pola bunyi. Dalam model tanda yang dikemukakan oleh Saussure ini, tanda merupakan keseluruhan yang muncul dari kombinasi antara signifier dan signified. Hubungan antara signifier dan signified disebut dengan istilah ‘signfication’. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).
Dengan demikian, diagram model tanda Saussure menggambarkan pendapatnya yang khas, yaitu bahwa signifier dan signified merupakan dua hal yang yang saling berhubungan secara erat. Bagi Saussure, tanda mengacu utamanya kepada tanda lainnya, atau dengan bahasa Saussure, dalam sistem bahasa, semuanya bergantung pada hubungan. Argumentasi ini mungkin akan sulit kita pahami, mengingat satu kata saja sudah cukup bagi kita untuk memunculkan persepsi yang relevan dalam benak kita. Misalnya, bila kita mendengar kata ‘pohon’ maka gambaran atau gagasan mengenai pohon akan secara mandiri muncul dalam benak kita. Argumentasi Saussure untuk menjelaskan keadaan ini adalah, bahwa konsep pohon dalam benak kita akan secara utuh terbentuk bila kita membandingkannya dengan kata lain dalam bahasa, misalnya kata ‘semak’.
Saussure pun membuat sebuah pembagian yang terkenal antara langue (bahasa) dan parole (tuturan). Langue mengacu pada sistem aturan atau konvensi independen dimana masyarakat telah menyepakati gagasan tersebut; parole merujuk pada penggunaan tertentu.
Applying the notion to semiotic systems in general rather than simply to language, the distinction is one between system and usage, structure and event or code and message. According to the Saussurean distinction, in a semiotic system such as cinema, for instance, individual films can be seen as the parole of an underlying system of cinema ‘language’. Saussure focused on langue rather than parole. (Chandler, 2007)
Peirce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda. Charles Sanders Peirce mengemukakan gagasannya mengenai model tanda dan taksonominya. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.
Tanda menurut Peirce terdiri dari Simboltanda yang muncul dari kesepakatan, Ikontanda yang muncul dari perwakilan fisik, dan Indekstanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasimakna sebenarnya sesuai kamus, dan konotasimakna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal. Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.
Jika demikian maka benarlah manusia sebagai homo significance, karena semua bentuk tanda di dunia dapat dibuat, dibentuk dan diproduksi ulang demi kepentingan masing-masing.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan tanda? Berikan contohnya yang Anda ketahui.
2. Mengapa manusia disebut sebagai homo socialis yang sekaligus homo significance? Jelaskan.
3. Sebutkan tokoh-tokoh dalam Semiotika dan berikan penjelasan singkat mengenai teori yang dimunculkannya masing-masing.
4. Apa yang dimaksud dengan ikon, indeks dan simbol? Berikan contoh beserta penjelasannya.
5. Menurut Anda apa kegunaan mempelajari cabang ilmu semiotika?
Referensi:
Chandler, Daniel. Semiotics: The Basic.2007. USA: Routledge.
Deely, John N. Basics of Semiotics. 1990. USA: Indiana University Press.
Sobur Alex. Analisis Teks Media. 2006. Bandung: Rosda.
Jika demikian maka benarlah manusia sebagai homo significance, karena semua bentuk tanda di dunia dapat dibuat, dibentuk dan diproduksi ulang demi kepentingan masing-masing.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan tanda? Berikan contohnya yang Anda ketahui.
2. Mengapa manusia disebut sebagai homo socialis yang sekaligus homo significance? Jelaskan.
3. Sebutkan tokoh-tokoh dalam Semiotika dan berikan penjelasan singkat mengenai teori yang dimunculkannya masing-masing.
4. Apa yang dimaksud dengan ikon, indeks dan simbol? Berikan contoh beserta penjelasannya.
5. Menurut Anda apa kegunaan mempelajari cabang ilmu semiotika?
Referensi:
Chandler, Daniel. Semiotics: The Basic.2007. USA: Routledge.
Deely, John N. Basics of Semiotics. 1990. USA: Indiana University Press.
Sobur Alex. Analisis Teks Media. 2006. Bandung: Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar