Rabu, 30 November 2011

Materi Seminar

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda menjadi perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memakai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning). Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang lebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, mendorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistem tanda yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.
 Pada awalnya yang disebut dengan tanda adalah apa yang disebut Saussure sebagai concept dan accoustic image, yang kemudian dikembangkan oleh Barthes. Accoustic image misalnya adalah sebuah gambaran pohon yang ada dalam imajinasi seseorang sementara concept-nya adalah sebuah pohon yang konkret. Elements of sign atau unsur-unsur tanda terdiri dari dua hal yaitu concrete yang bisa dlihat dan abstract adalah makna yang ada di dalam imajinasi kita. Dalam konteks sastra dan media maka tanda menjadi suatu yang konkrit. Adapun penerapannya secara sistem maupun praktik terbagi menjadi dua bagian yaitu langue dan parole.

Langue
Parole
Social system (sistem sosial)
Social practice (praktik sosial)
Convention (kesepakatan)
freedom of combination (bebas)
Rule (aturan)
Action (tindakan)
Institution (lembaga)
Event (peristiwa)
Statics (baku)
Dynamics (dinamis)

Pengenalan terhadap tanda dilakukan atas adanya prinsip perbedaan, misalnya saja ayam berbeda karena “ayam” bukan “ayah” atau “ayak”. Jika dalam bentuk tulisan karya sastra maka kalimat “ayah saya pulang ke kandang.” menjadi memiliki makna atau konotasi lain.
Hal ini disebabkan karena tanda dapat bermakna denotasi (makna kamus) dan/atau konotasi (makna kiasan). Konotasi tersebut pun memiliki hubungan dengan keberadaan mitos, sehingga lebih mudah mengaitkan satu hal dengan hal yang telah dikenal oleh masyarakat. Ini dapat juga disebut sebagai sistem tanda yang merupakan linguistic sign. Sementara itu terdapat juga sistem tanda yang bersifat visual dan muncul pada media iklan.
Pada media visual dalam iklan, unsur metafora ataupun metonimi digunakan dengan melesapkan unsur mitos guna mengantarkan ideologi yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, semiotika merupakan ilmu yang terus berkembang dan berkaitan dengan cabang ilmu lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar